yang pertama saya akan membahas tentang "Mengapa Bumi Berputar Pada Porosnya"
MENGAPA BUMI HARUS BERPUTAR PADA POROSNYA
Bukan hanya gerakan Bumi mengelilingi Matahari saja yang
menimbulkan kekaguman. Sebab, selain berputar mengelilingi Matahari yang
disebut revolusi, Bumi juga berputar mengelilingi dirinya sendiri yang disebut
rotasi. Bumi sebenarnya berputar seperti gasing, tetapi sumbu putarnya tidak
tegak lurus. Bumi berputar dengan posisi miring 23,5 derajat. Mengapa Bumi
harus berputar pada dirinya sendiri atau berotasi, dan mengapa mesti miring
posisinya? Kalau Bumi ini tidak berputar pada dirinya sendiri, maka di permukaan
Bumi ini dipastikan tidak akan pernah terjadi kehidupan seperti adanya kini.
Mengapa begitu? Karena akan ada bagian Bumi yang menghadap Matahari
terus-menerus, dan juga akan ada bagian yang membelakangi Matahari
terus-menerus. Memangnya mengapa? Karena yang menghadap Matahari terus-menerus,
dipastikan akan mengalami pemanasan yang berlebihan. Dengan kata lain, belahan
Bumi itu mengalami siang terus. Sedangkan bagian yang tidak memperoleh cahaya
Matahari, akan mengalami malam terus, bagian ini akan mengalami pendinginan
terus-menerus.
Jika ada bagian Bumi yang mengalami siang terus-menerus,
maka belahan Bumi itu akan mengalami pemanasan yang akan sangat terbayangkan
tingginya. Diperkirakan dalam waktu 100 jam saja, air di permukaan Bumi yang
menghadap ke Matahari itu akan mendidih. Dan 100 jam berikutnya, air yang ada
akan menguap, sehingga tidak akan ada kehidupan di belahan Bumi yang mengalami
siang terus-menerus itu. Sebaliknya, di bagian yang malam terus akan mengalami
pendinginan secara berlebihan pula. Sehingga, diperkirakan dalam waktu 100 jam,
belahan Bumi tersebut akan mengalami pembekuan. Seluruh air menjadi es. Dan 100
jam berikutnya, dipastikan tidak akan ada kehidupan di sana. Karena itu,
Bumi perlu berputar pada dirinya sendiri alias berotasi. Jika Bumi tidak
berotasi, maka konsekuensi dari pertanyaan Allah dalam ayat berikut ini akan
terjadi pada kita :
Firman Allah dalam Qur’an surat Al-Qashash, juz 20 ayat
71-72 :
(“Katakanlah) Muhammad (‘Terangkanlah
kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari
kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar kepadamu? Maka
apakah kamu tidak mendengar’?”).
(“Katakanlah, ‘Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan
untukmu siang itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah
yang akan mendatangkan malam kepadamu, yang kamu beristirahat kepadanya? Maka
apakah kamu tidak memperhatikan?”).
Selain
perputaran Bumi tersebut, kemiringan sumbu putar juga memiliki arti yang sangat
penting. Karena kalau tidak ada kemiringan Bumi, maka tidak akan terjadi
dinamika di atas permukaan Bumi. Bayangkan saja, jika Bumi ini berputar secara
tegak pada sumbunya, maka kutub utara dan kutub selatan Bumi tidak akan pernah
mengalami siang hari. Karena kemiringan itulah maka terjadi musim di permukaan
Bumi. Di bagian utara dan bagian selatan mengenal 4 musim (panas, gugur,
dingin, semi), sedangkan di bagian ekuator/khatulistiwa, mengenal 2 musim (kemarau
dan penghujan). Iklim ini yang menyebabkan tejadinya berbagai fasilitas
kehidupan makhluk di muka Bumi. Dengan adanya musim ini, maka terjadilah angin,
yang arahnya bisa berubah-ubah. Dengan perubahan musim ini juga terjadi
beraneka ragam tumbuhan dan berbagai macam binatang. Bukan hanya berfungsi sebagai
keindahan, melainkan juga berfungsi untuk mencukupi segala kebutuhan manusia,
sepanjang drama kehidupannya di muka Bumi.
Bahkan juga keberadaan gunung, memiliki maksud yang luar
biasa besar. Allah mengatakan, gunung itu diciptakan Allah sebagai pasak/paku,
agar Bumi tidak berguncang-guncang jika terjadi tumbukan antar lempeng Bumi. Ada 20
lempeng Bumi. 6 lempeng besar, yang paling besar adalah lempeng Pasifik dan ada
14 lempeng kecil. Dan gunung adalah jalan keluar magma dari dalam perut Bumi.
Jika tidak ada gunung, maka magma yang menggelegak di dalam perut Bumi itu
tidak akan tersalurkan. Maka, akan terjadi gempa yang dahsyat terus, karena
tidak stabil akibat tekanan yang sangat besar dari dalam perut Bumi. Selain
itu, gunung juga berfungsi seperti timah penyeimbang pada velg mobil. Dengan
adanya gunung itu, maka putaran Bumi menjadi seimbang atau balance.
Firman Allah dalam Qur’an surat Luqman, juz 21 ayat 10 :
(“Dia telah menciptakan Langit tanpa tiang sebagaimana
kalian lihat, dan Dia) Allah (meletakkan gunung-gunung di Bumi supaya
Bumi tidak mengguncangkan kamu”) jika terjadi tumbukan antar lempeng,
karena Bumi/benua/pulau sudah Allah paku dengan gunung.
Oke, selanjutnya tentang "Andaikan Bumi Tidak Lagi Berputar"
Andaikan Bumi Tidak Lagi Berputar
Jawaban sederhananya dalam beberapa milyar tahun ke depan,
kemungkinan Bumi akan berhenti berotasi adalah nol atau bisa dikatakan tidak
mungkin terjadi Bumi berhenti berputar pada porosnya. Bahkan ketika Matahari
mengakhiri hidupnya dan Bumi masih baik-baik saja, ia akan terus berputar .
Ketika Bumi berputar pada porosnya, berlaku kekekalan momentum
sudut. Seperti olahragawan seluncur indah yang berputar semakin cepat atau roda
yang berputar. Putarannya tidak akan berhenti begitu saja kalau tidak ada yang
menghentikan atau ada yg memperlambat. Seperti roda pada sepeda yang berputar
cepat untuk dihentikan harus direm perlahan atau direm mendadak. Kalau perlahan
efek yang ditimbulkan hampir tidak ada. Tapi kalau mendadak maka akan membuat
si pengendara merasakan efeknya. Bisa-bisa dia terjungkal kalau harus
menghentikan sepeda secara mendadak. Atau air yang berputar dengan kencang di
dalam ember ketika putarannya dihentikan maka air akan tumpah.
Seandainya Bumi bisa berhenti berotasi, apa penyebabnya. Ini
dalam kenyataan tidak akan terjadi, tapi ada dua skenario yang memungkinkan.
Skenario yang pertama, Bumi mengalami perlambatan rotasi secara perlahan-lahan
yang terjadi akibat efek pasang surut Matahari dan planet lainnya. Tanpa
memperhitungkan Bumi akan ditelan Matahari kalau Matahari berevolusi, maka
interaksi Bumi – Bulan akan dapat memperlambat rotasi Bumi saat Bulan menjauh
dari Bumi sampai keduanya kemudian terkunci secara gravitasi. Pada saat itu Bumi akan
berhadapan satu sisi wajahnya dengan Bulan. Kemudian, kalau kita lihat ke
masa depan yang sangat jauh, gaya pasang surut Matahari juga akan menyebabkan
Bulan secara perlahan mendekati Bumi, menyebabkan rotasi Bumi dipercepat dan Bulan
menabrak Bumi. Keduanya akan bersatu dan rotasi Bumi secara perlahan akan
mengalami perlambatan dan terkunci secara gravitasi dengan Matahari.
Sayangnya skenario pertama tersebut tidak akan terjadi
karena Matahari akan berevolusi menjadi raksasa merah dan menelan Bumi.
Skenario kedua, Bumi tiba-tiba berhenti berputar karena
sesuatu hal misalnya ditabrak oleh sebuah benda. Tapi ini pun tidak akan
terjadi, karena tidak ada sesuatu apapun yang cukup besar untuk menabrak Bumi
di Tata Surya. Setidaknya untuk beberapa milyar tahun ke depan.
Tapi, seandainya Bumi berhenti berotasi, apa yang terjadi?
Bencana Besar
Sekarang bayangkan, jika sebuah benda seperti Bumi yang memiliki kecepatan rotasi 1,674.4 km/jam di ekuator berhenti secara tiba-tiba. Jika itu terjadi, maka semua benda yang tidak terikat dengan Bumi akan terus berotasi dengan kecepatan yang sama dengan sebelumnya sebagai akibat dari kekekalan momentum.
Seperti sebuah tabrakan maka ketika sebuah benda dipaksa
berhenti bergerak kita yang ada di dalamnya akan merasakan akibatnya.
Akibatnya, bagi manusia di Bumi, akan terasa seperti gempa bumi yang sangat
dasyat yang menggoncang Bumi dengan tiba-tiba. Dan karena di khatulistiwa
kecepatan berputar Bumi itu 460 menit/detik, maka ketika Bumi berhenti
tiba-tiba kita akan terlempar jauh meskipun tidak sampai lepas dari Bumi karena
kecepatan lepas Bumi jauh lebih besar yakni 40000 km/jam. Semua yang ada di
Bumi mulai terlempar ke samping dalam lintasan roket. Bangunan akan
runtuh, lautan akan meluap dalam gelombang pasang yang besar dan akan ada angin
atmosfer yang sangat kencang menyapu permukaan.
Semakin jauh dari ekuator ke kutub maka kecepatan rotasi
Bumi juga akan melambat. Jadi, semakin kita berada jauh dari ekuator,
kecepatannya juga akan makin lambat. Dan kalau kita berada di kutub utara atau
selatan maka kita hampir tidak akan merasakan akibat dari berhentinya
perputaran Bumi tersebut.
Gempa Bumi
Gelombang seismik akan melintas di seluruh Bumi menyebabkan terjadinya gempa bumi dimana-mana dan bisa menyebabkan Bumi hancur berkeping-keping.
Hari Yang Tak Berakhir
Ketika Bumi berhenti berputar, masalah lain adalah panjang siang dan malam tidak akan sama. Seperti kita ketahui, saat Bumi berputar pada sumbunya maka di Bumi akan terjadi siang dan Malam dan Matahari akan berada pada posisi yang sama di Bumi setiap 24 jam.
Kalau Bumi berhenti, maka butuh waktu 365 hari bagi Matahari
untuk bergerak di angkasa dan kembali ke posisi yang sama. (misalnya dari
terbitnya Matahari ke waktu terbit berikutnya). Akibatnya, setengah Bumi akan
mengalami siang selama setengah tahun dan belahan Bumi lainnya akan mengalami
malam selama setengah tahun.
Terpanggang atau Kedinginan?
Tak hanya itu, pergeseran temperatur dari musim ke musim juga akan snagat terasa perbedaannya di sepanjang area ekuator. Daerah khatulistiwa akan memiliki masa dimana ia sangat panas karena berada sangat dekat dengan Matahari sementara belahan Bumi lainnya justru gelap dan sangat dingin karena tidak mendapatkan sinar Matahari. Akibatnya, tumbuhan dan hewan akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dan manusia pun sulit untuk hidup di area seperti itu.
Manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang bisa
beradaptasi. apalagi dengan adanya teknologi mutakhir, kegelapan bisa diatasi
dengan lampu, bisa membuat rumah jadi hangat atau dingin, tapi bagaimana dengan
kebutuhan makanan dll?
Apakah tumbuhan bisa tumbuh dalam perubahan temperatur yang
sedemikian drastis? Pada kondisi ini rantai makanan akan terancam.
Lautan Yang Bergelora
Pada saat Bumi berhenti berputar, batas antara lautan dan daratan juga akan berubah. Kerika Bumi berotasi, gaya sentrifugal akan menyebabkan planet memiliki tonjolan atau bulge di sepanjang ekuator. Jadi, kalau Bumi tidak berotasi maka tidak akan ada tonjolan. Tanpa ada tonjolan maka semua air yang ada di ekuator akan bergerak ke kutub. Hasil simulasi yang dilakukan menunjukkan ketika Bumi tidak lagi berotasi maka lautan akan berada di area kutub sedangkan area ekuator akan menjadi pita daratan dalam satu benua raksasa
Bumi Bulat Sempurna dan Sumbunya Tidak Miring
Saat Bumi berhenti berputar, kecepatan rotasi menyebabkan Bumi memiliki tonjolan di daerah ekuator. Jika tidak berotasi maka Bumi akan memiliki bentuk bulat sempurna.
Yang terakhir ane membahas "Bila Kutub (Magnetis) Bumi Terbalik"
Bila Kutub (Magnetis) Bumi Terbalik
Setiap planet dalam tata surya kita, termasuk Bumi, memiliki
dua sistem kutub. Yang pertama adalah kutub geografis, yakni proyeksi sumbu
rotasi di permukaan planet tersebut yang mewujud pada terbentuknya kutub utara
geografis dan kutub selatan geografis. Dalam astronomi, kutub-kutub geografis
senantiasa menempati garis lintang 90 baik di lintang utara maupun selatan. Di
Bumi, kutub utara geografis berada di Samudera Arktik, sementara kutub selatan
geografisnya ada di daratan Antartika yang senantiasa berselimutkan es tebal.
Sistem kutub yang kedua adalah kutub magnetis, yakni
sepasang titik di permukaan planet dimana garis-garis gaya medan magnetnya
masuk ke dalam atau keluar dari dalam tubuh planet tersebut pada posisi
tegaklurus permukaan rata-ratanya (inklinasi magnetik 90). Titik dimana
garis-garis gaya magnet tersebut masuk ke dalam tubuh planet merupakan kutub
utara magnetis, sebaliknya titik dimana garis-garis gaya magnet keluar dari
tubuh planet adalah kutub selatan magnetis. Meski demikian tatanama ini tidak
sepenuhnya diterapkan, sebab dalam praktiknya nama kutub-kutub magnetis mengacu
pada nama kutub-kutub geografis yang berdekatan. Kedua kutub magnetis ini dapat
diibaratkan sebagai sepasang ujung berbeda dari sebuah magnet batang raksasa
yang tertanam dalam tubuh planet, meski pengandaian ini tidak sepenuhnya tepat.
Kutub-kutub magnetis hanya berkaitan dengan sifat kemagnetan benda langit,
bukan sifat rotasinya
Posisi
Di Bumi, kutub utara magnetis terletak di tepi Samudera
Arktika sementara kutub selatan magnetis terletak di tepi daratan Antartika.
Posisi kutub utara magnetis tak berimpit dengan kutub utara geografis demikian
halnya kutub selatan magnetis dengan kutub selatan geografis. Ketakberimpitan
ini membuat jarum kompas (yang selalu mengarah ke kutub utara magnetis)
senantiasa membentuk sudut tertentu terhadap arah utara sejatinya. Sudut ini
dikenal sebagai deklinasi magnetik, yang nilainya berbeda-beda untuk tiap titik
di muka Bumi. Bila ditelaah lebih lanjut, sumbu geomagnet (yakni garis
lurus penghubung kutub utara-selatan magnetis di dalam tubuh Bumi) ternyata
tidak berimpit dengan sumbu rotasi Bumi, melainkan membentuk sudut 11,5
derajat. Di sisi lain, sumbu geomagnet sendiri pun tidaklah simetris, sehingga
posisi kutub selatan magnetis tidak persis di proyeksi titik-lawan kutub utara
magnetisnya, melainkan berselisih jarak hingga 2.700 km.
Ketidakberimpitan dan ketidaksimetrisan semacam ini adalah
wajar dalam tata surya kita, tak hanya dialami Bumi saja. Sumbu magnetis
Jupiter juga membentuk sudut terhadap sumbu rotasinya, yakni sebesar 10
derajat. Bahkan dalam Uranus dan Neptunus situasinya cukup spektakuler karena
sumbu magnetisnya masing-masing membentuk sudut 59 derajat dan 47 derajat
terhadap sumbu rotasinya. Sebaliknya sumbu magnetis Saturnus hampir berimpit
dengan sumbu rotasinya dimana sudut antara keduanya kurang dari 0,5 derajat.
Pembangkit
Mengapa bisa demikian? Di Bumi, medan magnet Bumi (geomagnet)
dibangkitkan oleh aliran konvektif ion-ion Besi dan logam lainnya di inti luar
yang sifatnya cair sangat kental. Aliran konvektif itu ditenagai panas internal
Bumi dari sebagai hasil peluruhan radioaktif inti-inti atom berat (Uranium dan
Thorium) serta sisa panas pembentukan Bumi purba di bawah pengaruh rotasi Bumi.
Aliran ion pada hakikatnya adalah aliran partikel bermuatan listrik, sehingga
setara dengan aliran listrik. Maka berlakulah kombinasi hukum sirkuit Ampere,
hukum Faraday dan gaya Lorentz dalam bentuk mekanisme dinamo dengan produk
akhirnya adalah geomagnet dengan struktur sangat besar. Tidak berimpitnya sumbu
magnetis dan sumbu rotasi Bumi merupakan akibat dinamika internal inti Bumi
yang berujung pada perbedaan kecepatan rotasi antara permukaan dengan inti
Bumi.
Mekanisme serupa juga membentuk medan magnet planet lain.
Hanya saja pada Uranus dan Neptunus, ion-ion yang mengalir di inti luarnya
adalah ion ringan (air, amonia dan metana) dengan ketebalan lapisan konvektif
yang lebih tipis sehingga sumbu medan magnetnya bisa membentuk sudut ekstrim
terhadap sumbu rotasinya.
Dinamika internal inti Bumi menyebabkan geomagnet memiliki
dinamika yang menakjubkan. Salah satunya adalah fenomena pembalikan kutub-kutub
magnetis (magnetic reversal). Kutub-kutub magnetis diketahui tidak menempati
lokasi yang sama untuk waktu lama, melainkan senantiasa bergeser pada kecepatan
tertentu. Sejak pertama kali diidentifikasi dua abad silam, kutub utara
magnetis telah bergeser sejauh lebih dari 600 km dengan kecepatan rata-rata 40
km/tahun. Sehingga kutub utara magnetis kian mendekati kutub utara geografis,
meski keduanya tak bakal berimpit. Model matematis memperlihatkan posisi kutub
utara magnetis yang kini berada di Samudera Arktika bagian Canada bakal
bergeser demikian rupa sehingga dalam seabad ke depan akan memasuki Siberia
(Russia).
Pembalikan dan Pemusnahan
Dalam jangka panjang, pergeseran kutub-kutub magnetis akan
menyebabkan pertukaran posisi dimana yang sekarang menjadi kutub utara magnetis
bergeser demikian rupa sehingga kelak menempati lokasi kutub selatan magnetis
dan begitupun sebaliknya. Fenomena pembalikan kutub-kutub magnetis ini
terhitung kerap terjadi. Sepanjang 5 juta tahun terakhir pembalikan kutub
magnetis Bumi terjadi rata-rata setiap 0,2 hingga 0,3 juta tahun sekali. Namun
sepanjang setengah milyar tahun terakhir, variasi periodisitas pembalikan kutub
magnetis Bumi memiliki rentang dari 5.000 tahun hingga 50 juta tahun. Setiap
pembalikan magnetis berlangsung selama ribuan tahun sehingga bukanlah peristiwa
tiba-tiba dalam sekejap mata. Pembalikan magnetis juga dapat berlangsung akibat
sebab eksternal, misalnya akibat hantaman asteroid/komet raksasa ke Bumi.
Peristiwa pembalikan kutub magnetis Bumi yang terakhir, yang
dinamakan peristiwa Brunhes-Matuyama, terjadi pada 0,78 juta tahun silam. Pada
masa kini, meski kutub-kutub magnetis terus bergeser, belum ada tanda-tanda
bakal terjadinya pembalikan kutub magnetis Bumi berikutnya.
Meski terjadi pembalikan kutub-kutub magnetis, garis-garis
gaya geomagnet tidaklah menghilang. Demikian pula magnetosfer beserta lapisan
terdalamnya yang dikenal sebagai sabuk radiasi van-Allen. Sehingga berbeda
dengan persepsi umum, dalam peristiwa pembalikan kutub magnetis Bumi, planet
ini masih tetap dilindungi magnetosfernya dari ancaman eksternal dalam rupa
sinar kosmik galaktik maupun radiasi partikel Matahari. Perlindungan ini
demikian efektif sehingga bila kita merujuk pada kurva kelimpahan makhluk hidup
sepanjang setengah milyar tahun terakhir, tak ada satupun peristiwa pembalikan
kutub magnetis Bumi yang bertepatan dengan pemusnahan massal (pengurangan
populasi makhluk hidup secara mendadak dan signifikan) baik mayor maupun minor,
kecuali oleh sebab eksternal dalam rupa tumbukan asteroid/komet.
Matahari
Pembalikan kutub magnetis bukanlah peristiwa khas Bumi,
namun juga terjadi pada benda langit anggota tata surya lainnya. Planet-planet
yang memiliki medan magnet juga diindikasikan mengalaminya. Bahkan Matahari pun
demikian. Pantauan satelit pengamat Mataharis ecara menerus sejak awal 1980-an mulai
dari Uhuru, Solar Max hingga SOHO menunjukkan pembalikan kutub magnetis
Matahari berlangsung lebih sering dengan pola mengikuti siklus aktivitas
Matahari, yakni rata-rata tiap 11 tahun sekali. Dan setiap kali pembalikan
magnetik Matahari terjadi, tidak diikuti dengan aktivitas di luar normal
terkecuali peningkatan potensi badai Matahari yang masih tergolong wajar.
Sehingga desas-desus pembalikan kutub magnetis Bumi akan
terjadi dan memicu Kiamat 2012 sebagaimana digembar-gemborkan selama ini bakal
berbenturan dengan tiga fakta ilmiah. Pertama, sejauh ini tidak ada gejala
bakal terjadinya peristiwa pembalikan kutub magnetis Bumi. Kedua, aktivitas
pembalikan kutub magnetis Bumi bukanlah peristiwa spontan yang terjadi dalam
sekejap mata, melainkan butuh waktu ribuan tahun. Ketiga, mengambil analogi
aktivitas dan pembalikan kutub magnetis Matahari dan data-data pemusnahan
massal, di masa silam peristiwa pembalikan kutub magnetis Bumi adalah kejadian
biasa saja yang kerap terjadi dan tidak disertai bencana dahsyat yang membuat
mengurangi populasi makhluk hidup berkurang drastis.
Ditulis juga di langitselatan.com
oke sampi disini pembahasan dari saya, Terima Kasih
Artikel yang sangat bagus, terus tambah artikelnya, semog menambah kita semakin dekat dengan Alloh, amin
BalasHapusJika memang benar akan terjadi peristiwa pembalikan kutub magnetis Bumi. Apa yang akan terjadi saat kedua kutub berada di katulistiwa? apakah matahari terbit dari utara ke selatan?
BalasHapus